Puskesmas Kaligondang_Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah yang abnormal di dalam arteri. Banyak orang yang menganggap kata hipertensi menunjuk pada adanya ketegangan yang berlebihan, gugup, atau stres. Dalam istilah medis, hipertensi mengacu pada tekanan darah yang tinggi, terlepas dari penyebabnya.

Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun sampai pada akhirnya terjadi kerusakan organ vital, sehingga seringkali disebut sebagai “silent killer“. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol akan meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

Tekanan darah dikatakan tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 130 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.

Seiring dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan bisa menurun drastis.

Penyebab

Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi) tidak diketahui dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer

Jika penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi) diketahui, maka disebut sebagai hipertensi sekunder, antara lain:

  1. Penyakit Ginjal, misalnya stenosis arteri renalis, peradangan pada ginjal, tumor ginjal, penyakit ginjal polikistik, trauma pada ginjal, atau terapi radiasi yang mengenai ginjal.
  2. Kelainan Hormonal, misalnya pada sindroma Cushing atau feokromositoma.
  3. Pemakaian obat atau zat tertentu, misalnya pil KB, kortikosteroid, kokain, penyalahgunaan alkohol, dan kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
  4. Penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi) lain, misalnya preeklamsi pada kehamilan atau keracunan timbal akut.

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau asupan garam yang berlebih dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang dengan kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan tekanan darah meningkat untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Gejala

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala bisa terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud misalnya sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Pada hipertensi berat atau menahun yang tidak diobati, maka bisa timbul gejala-gejala hipertensi (tekanan darah tinggi) seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, nyeri dada, atau pandangan menjadi kabur. Kondisi ini terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat juga bisa mengalami penurunan kesadaran atau bahkan koma.

Diagnosis

Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih bisa diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran.

Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah perlu diukur kembali pada saat yang sama dan setidaknya pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.

Berikut ini klasifikasi hipertensi dari American Heart Association

Setelah diagnosis ditegakkan, maka bisa dilakukan berbagai pemeriksaan untuk membantu menemukan penyebabnya dan melihat apakah terjadi gangguan pada organ-organ utama, seperti pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal. Pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain berupa:

  1. Pemeriksaan retina mata
  2. Pemeriksaan bunyi jantung dengan stetoskop
  3. Pemeriksaan foto rontgen dada dan elektrokardiografi (EKG)
  4. Ekokardiografi
  5. Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan darah dan air kemih
  6. USG ginjalSav

Pengobatan

Hipertensi esensial tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengubah pola hidup penderita, yaitu dengan cara:

  1. Menurunkan berat badan sampai batas ideal, untuk orang-orang yang mengalami kegemukan.
  2. Mengubah pola makan, yaitu dengan memperbanyak asupan buah dan sayur dan mengurangi asupan makanan yang berlemak, terutama untuk penderita diabetes, kegemukan, atau kolesterol tinggi.
  3. Asupan garam dan alkohol harus dikurangi.
  4. Olahraga yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
  5. Berhenti merokok.

Pemberian Obat-Obatan

Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi) disebut sebagai obat anti-hipertensi. Ada berbagai jenis obat anti-hipertensi dengan cara kerja yang berbeda-beda. Pemberian obat ini disesuaikan dengan individu masing-masing. Untuk itu, diperlukan kerja sama yang baik antara dokter dan pasien untuk mencapai keberhasilan terapi. Ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan oleh dokter untuk menentukan pemberian obat anti-hipertensi, antara lain:

  1. Usia dan jenis kelamin penderita
  2. Tingkat keparahan tekanan darah tinggi
  3. Adanya kondisi lain yang menyertai, misalnya diabetes atau kolesterol tinggi
  4. Risiko efek samping obat yang berbeda-beda
  5. Harga obat dan pemeriksaan yang diperlukan untuk memantau efek samping yang bisa terjadi

Sebagian besar orang dengan tekanan darah yang tinggi (>74%) pada akhirnya membutuhkan dua atau lebih obat anti-hipertensi agar berhasil menurunkan tekanan darah. Karena setiap obat bisa memiliki efek samping, maka jika terjadi efek samping, penderita harus segera memberitahukan pada dokter, sehingga dosis atau jenis obat bisa disesuaikan kembali.

Berbagai jenis obat anti-hipertensi yang ada antara lain:

  1. Diuretik, yang mengurangi volume cairan dalam tubuh dan menurunkan tekanan darah. 
  2. Penghambat adrenergik, yang menghambat efek saraf simpatis.
  3. ACE Inhibitor, yang menghambat pembentukan hormon yang berfungsi untuk menyempitkan pembuluh darah, sehingga pembuluh darah melebar dan menurunkan tekanan darah.
  4. Ca channel blocker, yang melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat turun.
  5. Angiotensin II receptor blocker, yang bekerja dengan mekanisme yang mirip dengan ACE inhibitor.

Penanganan Hipertensi Sekunder

Pengobatan hipertensi sekunder tergantung pada penyebabnya. Penanganan yang diberikan sebisa mungkin dilakukan untuk mengatasi penyebab terjadinya tekanan darah tinggi, misalnya:

  1. Pengobatan untuk penyakit ginjal
  2. Pembedahan untuk mengangkat tumor yang menyebabkan tekanan darah tinggi, seperti feokromositoma.

Pencegahan

Perubahan gaya hidup bisa membantu mengendalikan tekanan darah tinggi.

Sumber: https://medicastore.com/artikel/5/tekanan-darah-tinggi-hipertensi