Puskesmas Kaligondang_Testis yang tidak turun (kriptorkidisme / undesensus testikulorum) adalah testis yang tidak turun ke dalam posisi yang seharusnya, yaitu di dalam skrotum, sebelum anak dilahirkan. Biasanya kriptorkidisme hanya terjadi pada satu testis, tetapi sekitar 10% kasus terjadi pada kedua testis.
Kebanyakan testis akan turun dengan sendirinya dalam waktu 6 bulan setelah anak dilahirkan. Bayi laki-laki yang lahir prematur lebih sering mengalami kondisi ini, demikian juga bayi laki-laki yang memiliki riwayat kriptorkidisme di keluarga.
Penyebab pasti tidak turunnya testis belum diketahui. Kombinasi faktor genetik, kesehatan ibu, dan faktor lingkungan lainnya mungkin menyebabkan gangguan pada hormon, perubahan fisik, dan aktivitas saraf yang mempengaruhi perkembangan testis.
Saat perkembangan janin, testis terbentuk di dalam perut. Saat beberapa bulan terakhir perkembangan janin, testis mulai turun secara perlahan dari perut, melalui kanalis inguinalis di daerah selangkangan, ke dalam skrotum. Pada kriptorkidisme, proses tersebut terhenti atau terhambat.
Testis yang tidak turun tidak menimbulkan gejala. Tanda utama tidak turunnya testis adalah testis tidak tampak atau tidak teraba di dalam skrotum.
Testis yang tidak turun bisa terpuntir di dalam perut (torsio testis), sehingga mengganggu produksi sperma di kemudian hari, dan meningkatkan risiko terjadinya hernia dan kanker testis.
Pemeriksaan fisik memastikan bahwa salah satu atau kedua testis tidak berada di dalam skrotum. Testis yang tidak turun mungkin bisa teraba atau mungkin juga tidak teraba pada dinding perut di atas skrotum. Jika testis tidak teraba, maka bisa dilakukan pembedahan untuk menunjang diagnosa dan sekaligus juga terapi. Pembedahan dapat dilakukan dengan cara :
- Laparoskopi. Tindakan ini menggunakan sebuah selang kecil dengan kamera diujungnya yang dimasukkan melalui sayatan kecil pada perut anak. Laparoskopi dilakukan untuk menentukan posisi testis di dalam perut. Laparoskopi juga bisa memperlihatkan apakah terdapat testis atau tidak, atau mungkin hanya terlihat sisa jaringan testis yang kecil yang tidak berfungsi dan perlu diangkat.
- Bedah terbuka. Eksplorasi langsung melalui operasi perut atau daerah selangkangan melalui sayatan yang lebih besar mungkin diperlukan pada beberapa kasus.
Biasanya testis akan turun dengan sendirinya tanpa terapi saat usia 1 tahun pertama. Jika testis tetap tidak turun, maka anak mungkin bisa mendapatkan suntikan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) untuk mencoba membuat testis turun ke dalam skrotum.
Pembedahan (orkidopeksi) biasanya dilakukan untuk menurunkan testis ke dalam skrotum jika testis tetap tidak turun. Pembedahan yang dilakukan sejak dini bisa mencegah terjadinya kerusakan pada testis yang dapat membuat anak menjadi tidak subur.
Jika testis yang tidak turun baru diketahui kemudian, saat anak sudah besar, maka mungkin lebih disarankan untuk mengangkatnya, karena testis tidak akan berfungsi dengan baik dan berisiko untuk terjadi kanker.
Sumber: https://medicastore.com/artikel/1224/testis-tidak-turun-kriptorkidisme