Puskesmas Kaligondang_OSA terjadi jika otot-otot pada bagian belakang tenggorokan mengalami relaksasi saat tidur. Akibatnya, jalan napas menjadi menyempit atau menutup saat seseorang menarik napas. Penurunan kadar oksigen di dalam darah dideteksi oleh otak, dan dalam sekejap akan membuat seseorang terbangun, sehingga jalan napas bisa terbuka kembali. Seseorang biasanya hanya terbangun sangat singkat, sehingga tidak mengingatnya. 

Beberapa faktor yang berisiko menyebabkan atau memperburuk sleep apnea:

  1. Kegemukan
  2. Penggunaan penenang atau alkohol yang berlebih
  3. Memiliki tenggorokan yang sempit, leher yang besar, dan kepala yang bulat
  4. Hipotiroidisme atau hormon pertumbuhan yang berlebih
  5. Stroke
  6. Tonsil atau adenoid yang besar pada anak-anak
  7. Kelainan bawaan tertentu, misalnya rahang bawah yang berukuran kecil

Gejala

Orang-orang dengan OSA mungkin tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan dalam tidur. Gejala saat tidur biasanya pertama kali diketahui oleh orang lain yang tidur satu kamar dengannya. Pernapasan saat tidur menjadi pelan dan dangkal, atau bisa tiba-tiba berhenti (terkadang sampai 1 menit), kemudian berlanjut kembali.

Gejala pada malam hari :

  1. Mendengkur dengan bunyi keras dan mengganggu
  2. Napas berhenti di sela-sela mendengkur dan diakhiri dengan mendengus
  3. Rasa sesak dan tercekik yang membuat penderita terbangun
  4. Tidur tidak nyenyak karena sering terbangun dan berubah posisi

Pada OSA yang berat, akan timbul dengkuran keras dan dengusan berulang saat tidur di malam hari, dan akan timbul rasa ngantuk atau bahkan sering tertidur pada siang hari.

Gejala pada siang hari:

  1. Bangun dengan perasaan tidak segar
  2. Sakit kepala di pagi hari
  3. Mulut terasa kering atau sakit tenggorokan pada saat bangun tidur
  4. Mengantuk yang berlebihan di siang hari
  5. Kelelahan berkepanjangan
  6. Perubahan mood
  7. Gangguan kosentrasi dan daya ingat

Pada orang yang tinggal sendiri, gejala yang paling dirasakan adalah adanya rasa mengantuk di siang hari. Pada akhirnya, rasa mengantuk yang dirasakan akan mengganggu pekerjaan dan mengurangi kualitas hidup penderita. Misalnya, penderita bisa tertidur saat menonton televisi, saat menghadiri rapat, atau bahkan saat berhenti di lampu merah ketika mengemudi.

Selain itu, OSA juga bisa menimbulkan berbagai gangguan, seperti :

  1. Penurunan hasrat seksual
  2. Gangguan dalam hubungan dengan orang lain, karena penderita tidak mampu berpartisipasi aktif dalam berhubungan dengan orang lain akibat mengantuk. Selain itu, penderita juga cenderung menjadi mudah marah.
  3. Risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan, seperti stroke, serangan jantung, gangguan irama jantung, tekanan darah tinggi, dan depresi.
  4. Meningkatnya risiko kematian di usia muda
  5. Gangguan perilaku dan gangguan dalam belajar, seringkali pada anak-anak.
  6. Hambatan pertumbuhan pada anak dengan OSA.

Diagnosis

Dugaan adanya sleep apnea didasarkan dari gejala-gejala yang ada. Diagnosa biasanya dipastikan dengan melakukan pemeriksaan yang disebut polysomnography. Pada pemeriksaan ini, dipasang berbagai alat untk memonitor keadaan saat tidur, yaitu:

  1. EEG (electroencephalography) digunakan untuk memonitor perubahan aktivitas otak saat tidur
  2. Oksimetri, untuk memantau kadar oksigen di dalam darah
  3. Sebuah alat yang melingkupi hidung dan mulut untuk memantau aliran napas
  4. Alat yang ditempel di dada untuk memantau pola pernafasan dan gerakan dinding dada
  5. Alat untuk memantau gerakan mata saat tidur

Orang-orang dengan sleep apnea juga bisa diperiksa akan adanya komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya gagal jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan irama jantung.

Penanganan

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi OSA, yaitu :

  1. Menurunkan berat badan
  2. Tidak mengkonsumsi alkohol, obat tidur, atau obat yang menimbulkan rasa mengantuk
  3. Mengubah posisi tidur untuk memperbaiki pernafasan. Penderita sebaiknya tidak tidur terlentang, tetapi miring untuk mengurangi dengkuran.
  4. Berhenti merokok. Merokok bisa meningkatkan pembengkakan pada jalan napas bagian atas, sehingga bisa memperberat dengkuran dan juga henti napas saat tidur.
  5. Mengobati alergi dan infeksi hidung
  6. Mengatasi hipotiroidisme dan pertumbuhan yang berlebih (akromegali)

Penanganan yang dapat dilakukan untuk orang-orang dengan OSA, terutama mereka yang merasa mengantuk sepanjang hari :

  1. CPAP (Continuous Positive Airway Pressure). Dengan CPAP, penderita tidur dengan menggunakan masker yang melingkupi hidung. Masker ini tersambung dengan sebuah mesin kecil yang memberikan udara bertekanan ke jalan nafas sehingga menjaga jalan napas tetap terbuka.
  2. Memasang oral/dental appliance. Alat ini membantu menjaga jalan napas tetap terbuka dan hanya dipakai saat tidur. Sebagian besar alat berfungsi untuk memisahkan rahang atas dan bawah, serta mendorong rahang bawah ke depan sehingga lidah tidak dapat jatuh ke belakang dan menyumbat tenggorokan.
  3. Pembedahan, dilakukan jika terdapat pembesaran tonsil atau sumbatan pada jalan napas bagian atas oleh struktur lainnya. 

Dengan penanganan yang baik, selain kualitas hidup bisa diperbaiki, terjadinya komplikasi serius juga dapat dicegah.

Sumber: https://medicastore.com/penyakit/1039/obstructive-sleep-apnea