Puskesmas Kaligondang_Impotensi (Disfungsi Ereksi) adalah ketidakmampuan untuk memulai dan mempertahankan ereksi. Penyebab Impotensi yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia; sedangkan masalah psikis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Semakin bertambah umur seorang pria, maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut.
Impotensi bisa terjadi karena berbagai sebab, seperti :
- Kelainan pembuluh darah, misalnya akibat ateroklerosis atau bekuan darah yang menghambat aliran darah ke penis
- Gangguan saraf, misalnya akibat trauma, diabetes melitus, stroke, atau pemakaian alkohol
- Pemakaian obat-obat tertentu, seperti obat anti-depresan, anti-psikosa, atau anti-hipertensi jenis tertentu.
- Kelainan pada penis
- Masalah psikis yang mempengaruhi gairah seksual, misalnya depresi, kecemasan, perasaan bersalah, takut, atau kebimbangan akan jenis kelamin
Kadang impotensi juga bisa terjadi akibat rendahnya kadar hormon testosteron. Tetapi penurunan kadar hormon pria (yang cenderung terjadi akibat proses penuaan) biasanya lebih sering menyebabkan penurunan gairah seksual (libido).
Penderita tidak mampu memulai dan mempertahankan ereksi. Diagnosis Impotensi didasarkan dari gejala-gejala Impotensi yang ada. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari adanya perubahan ciri seksual pria, misalnya payudara, testis dan ukuran penis, serta perubahan pada rambut, suara maupun kulit.
Untuk mengetahui adanya kelainan pada arteri di panggul dan selangkangan (yang memasok darah ke penis), bisa dilakukan pengukuran tekanan darah di tungkai. Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan antara lain USG penis dan pemeriksaan darah, misalnya pemeriksaan gula darah untuk diabetes. Impotensi biasanya bisa diobati tanpa pembedahan. Jenis pengobatan Impotensi tergantung kepada penyebabnya.
Latihan khusus perlu dilakukan oleh penderita impotensi akibat masalah psikis. Teknik ini mendorong hubungan intim dan kehangatan emosional, yang lebih menitikberatkan kepada membangun sebuah hubungan. Pasangan perlu mencapai kenyamanan pada setiap tahap keintiman sebelum berlanjut ke tahap selanjutnya. Jika tidak berhasil, mungkin penderita perlu menjalani psikoterapi atau terapi perilaku seksual.
Sildenafil adalah obat yang bisa meningkatkan aliran darah ke penis. Obat ini diminum 30-60 menit sebelum melakukan hubungan seksual dan hanya efektif jika disertai dengan gairah seksual. Namun, obat ini tidak boleh diminum bersamaan dengan obat golongan nitrat karena bisa menimbulkan efek samping yang serius.
Jika impotensi atau hilangnya gairah seksual terjadi akibat kadar testosteron yang rendah, penderita sebaiknya menjalani terapi sulih hormon. Namun, pemberian hormon Testosteron tambahan bisa menimbulkan efek samping berupa pembesaran prostat dan kelebihan sel darah merah yang bisa menyebabkan stroke.
Alat pengikat atau penghisap seringkali bisa digunakan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi, tetapi alat ini tidak boleh digunakan oleh penderita gangguan perdarahan atau penderita yang mengkonsumsi obat antikoagulan. Alat pengikat khusus dipasang di dasar penis untuk memperlambat aliran darah dari penis. Alat penghisap dipasang pada penis. Tekanan hampa udara membantu pengaliran darah ke dalam arteri penis. Ketika penis ereksi, sebuah alat pengikat dipasang untuk mencegah pengaliran darah dari vena. Kombinasi kedua alat tersebut bisa mempertahankan ereksi selama 30 menit. Kadang alat pengikat menyebabkan masalah ketika ejakulasi, terutama jika diikat terlalu ketat. Demi kemanan, sebaiknya setelah 30 menit alat tersebut dilepaskan. Jika terlalu sering digunakan, alat penghisap bisa menimbulkan memar.
Impotensi juga bisa diobati dengan suntikan obat khusus yang dilakukan sendiri oleh penderita. Obat ini disuntikkan langsung ke dalam jaringan erektil pada penis. Ereksi terjadi dalam waktu 5-10 menit setelah obat disuntikkan dan bisa bertahan selama 60 menit. Efek sampingnya adalah memar dan sakit. Selain itu, penyuntikkan juga bisa menyebabkan priapisme (ereksi yang menetap dan nyeri).
Jika impotensi tidak memberikan respon terhadap berbagai pengobatan di atas, bisa dilakukan pencangkokan penis atau digunakan prostese (penis buatan). Salah satu alat yang dicangkokkan berupa batang kekar yang dimasukkan ke dalam penis untuk menimbulkan ereksi yang menetap. Alat lainnya berupa balon yang dimasukkan ke dalam penis dan ditiup sebelum penderita melakukan hubungan seksual.
sumber : https://medicastore.com/artikel/31/impotensi